Tour Ke - 17 dilaksanakan di Desa Buncitan Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, 12 Agustus 2012 Pukul 08.00 WIB.

Minggu, 29 Juli 2012

Candi Pari dan Candi Sumur

Posted by BlogE Arek Sidoarjo On 19.46 1 comment

“ PETILASAN WATU TULIS “

Asal usul candi pari




Pada jaman dahulu kala seorang tua bernama Kyai Gede Penanggungan yang hidup di pegunungan. Ia mempunyai adik perempuan jandsa yang bertempat tinggal di desa Ijingan. Kyai Gede Penanggungan mempuyai dua orang anak perempuan. Yang sulung bernama Nyai Loro Walang Sangit dan yang bungsu bernama Nyai Loro Walang Anghin, keduanya berdiam di rumah Kyai Gede Penanggungan. Sedangkn adiknya janda ijingan mempunyai anak laki-laki yang bernama Jaka Walang Tinunu. Setelah dewasa ia amat tampan dan hormat kepada ibunya.
Pada suatu hari ia menanyakan kepada ibunya siapakah ayahnya tetapi ibunya tidak mau menjawab dan hanya berkata “kamu tidak punya ayah tetapi Kyai Gede Penanggungan adalah kakak saya”. Kemudian Jaka Walanh Tinunu meminta kepada ibunya untuk membuka hutan dan tempat tinggal dan penggarapan sawah.permintaannya di kabulkan oleh ibunya, maka berangkatlah Jaka Walang Tinunu yang disertai oleh dua orang temamnya yaitu Salem dan sabalong untuk menuju ke dukuh Kedungkras (sekarang desa Kesambi) setelah menetap disana tranpa suatu rintangan apapun mereka mulai membabat rimba di Kedung Soko arah utara Kedungkras dan arah selatan desa Candi Pari.
Beberapa waktu kemudian pada suatu malam, teman-teman jaka walang Tinunu dengan sepengetahuannya memasang wuwu di kali Kedung Soko. Esok harinya wuwu di ambil dan ternyata berhasil menangkap seekor ikan kotok yang dinamakan Deleg. Betapa gembiranya si sabalong lalu di tunjukkannya pada Jaka Walang Tinunu dan Satim. Ketika ikan tersebut mau di potong dan di masak ajaibnya ikan dapat berbicara seperti manusia dan menerangkan bahwa ia sebenarnya bukan ikan tetapi seorang manusia. Bahwa ia duku bernama Sapa Angin yang mengapdi pada Pertapa dari Gunung Pamucangan dan ia berdosa pada Pertapa terebut karna pernah mempunyai keinginan untuk menjadi raja. Dan ia di perkenankan menjadi raja oikan, dengan demikian maka berubahla ia menjdi Deleg sampai detik masuk ke wuwu. Waktu mendengar riwayat delek itu maka terharulah Jaka Walang Tinunu dan berkata “barang siapa berasal dari manusia kembalilah menjadi manusia”. Dan seketika itu ikan Deleg berubah menjadi manusia yang hampir setampan Jaka Walang Tinunu. Lalu di beri nama Jaka Pandelegan dan di anggap sebagai adik dari Jaka Walang Tinunu.

Demikianlah lalu mereka bersama – sama membuka tanah dan setiap hari mengolah tanah untuk pertanian. Kemudian jaka walang tinunu memikirkan soal bibit, tetapi menemui jalan buntu, sebab ia sangat miskin memikirkan soal bibit, tetapi menemui jalan buntu, sebab ia sangat miskin dan tak punya apa – apa untuk membeli keperluan untuk menggarap sawah. Tapi tiba – tiba ia teringat apa yang di katakan ibunya dulu, tentang kyai Gede penanggungan, tetapi ia tidak berani menyampaikan isi hatinya kepada kyai Gede penanggungan. Maka permohonanya tentang bibit padi di sampaikan kepada nyi Gede yang selanjutnya di sampaikan pada suaminya. Namun nyi Gede tak percaya bahwa bibit itu akan di pergunakan untuk bersawah.
Sebaliknya kedua putrinya waktu kedatangan jaka walanh tinunu dan jaka pandelegan asmaa di dada mulai tumbuh melihat ke sopanan dan ketampanan kedua pemuda itu, baru pertam kali kedua gadis tersebut melihat pemuda yang begitu sopan dan tampan

Jaka walang tinunu dan jaka pandelegan sangat kecewa karena permohonanya tidak di kabulkan.hanya di beri MENDANG yang apabila di sebarkan tidak akan tumbuh. Lalu kedua putrinya di suruh mengambil mendan tersebut, karena kedua putrinyamenaruh hati maka kesempatan ini tidak di sia-siakan untuk mencampur bibit padi dengan Mendang yang akan di berikan itu. Lalu di serahkan kepada kedua pemuda itu dan Kyai Gede mengatakan “itulah bibitnya”.
Setelah menerima Mendang 1 karung mereka mohon diri. Kedua putrinya sudah terlanjur mencintainya maka keduanya mohon ijinkepada orang tuanya untuk ikut dengan kedua pemuda itu agar saat menanam padi untuk memberitahukan kepada Kyai Gede.
Setibanya di rumah secepatnya mendang tersebut di sebarkan di sawah dengan mendapatkan ejekan dari Sabalong dan Satim, karena yang di sebarkan itu tak mungkin dapat tumbuh. Namun demikian Jaka Pandelegan dan Jaka Walang Tinunu percaya pada apa yang di ucapkan oleh Kyai Gede Penanggungan tersebut.
Ternyata tubuhnya sangat baik dan benar-benar seperti bibit yang sesungguhnya. Waktu pemindahan tanaman tibah Jaka WalangTinunu dan Jaka Pandelegan datang lagi pada Kyai Gede untuk mohon ijin agar kedua putrinya membantu menenam padi. Tapi tidak di kabulkan dan Kyai Dege malah marah-marah dengan dalih bahwa kedua putrinya akan dipinang olrh Raja Blambangan. Padahal keduanya sudah sama-sama mencintai, lalu kedua pemuda itu kembali pulang. Dam diam-dian kedua purti Kyai Gede melarikan diri menyusul kedua pemuda tersebut.Nyai LoroWalang Angin jadi istrinya Jaka Pandelegan dan Nyai Loro Walang Sangit ingin jadi istrinya Jaka Walang Tinunu. Akhirnya keduanya dapat bertemu dengan kedua pemuda itu di tengah jalan dan selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Kedung Soko.
Setelah kyai Gede mengetahui ke dua putrinya tidak ada lalu memberitahukan kepada kyai Gede, lalu mengejar kedua putrinya itu dan bertemu di tengah perjalanan. Maka di berhentikanya dan ke dua putrinya di paksa untuk kembali kerumah, tetapi di tolaknya. Sedangkan kedua pemuda itu tidak menghiraukanya karena ke dua anaknya itu ikut atas kemaunya sendiri. Maka terjadilah suatu pertengkaran yang berakhir dengan kekalahan di pihak kyai Gede. Sehingga terpaksa pulang kembali tanpa di sertai ke dua putrinya. Sedangkan mereka berempat melanjutkan perjalanan ke kedung soko.
Waktu tanaman berusia 45 hari sawah kekurangan air sehingga jaka walang tinunu menyuruh jaka pandelegan menyelidiki air. Ketika sampai di tengah sawah berpapasan dengan seorang tua yang memerintahkan agar jaka pandelegan menghentukan perjalanan, yang menyebabkan ia murka.saat ia akan membunuh orang tua tersebut lalu ia jatuh pingsan. Ketika sadar sangatlah takut dan menanyakan tentang namanya. Lalau orng tua tersebut menjawab “namaku Nabi Kilir ” pelindung semua air, kemudian orng tua itu memberikan nama kepada Jaka Pandekegan dengan nama Dukut Banyu, lalu berkata, “kalau kamu sudah selesai bertanam adakanlah selamat apabila kamu ingin sawahmu berhasil dengan baik”. Saetelah itu orng tua itu lalu menghilang. Waktu Jaka Pandelegan datang kembali ke sawahnya ternyata sudah penuh dengan air yang melimpah sampai panem tiba.
Menurtut “SHOHIBUL HIKAYAT.” Tentang pemotongan padi karena luasnya sawah dan baiknya jenis tanaman maka orang dari segala penjuru datang untuk ikut derep {memotong padi } tersebut. Juga di ceritakan bahwa kegiatan muka di potong bagian belakang yang baru saja di potong sudahkelihatan ada tanaman padi yang sudah menguning , sehingga tak ada habis-habisnya. Adpun hasil panenan di tumbuk di penangan. Justru penangan tersebut tepat di tempat candi pari berdiri sekarang ini, dan betapa banyaknya padi di penangan itu.
Sementara waktu kemudian kerajaan majapahit mengalami paceklik. Pertanian gagal banyak petani yang sakit. Lubung padi dalam keraton yang biasanya penuh menjadi kosong, karena luasanya sawah yang kena penyakit dan gagal panen.
Ketika parbu brawijaya mendengar bahwa di gedung soko berdiam seorang yang arif yang memiliki banyak padi.maka di perintahakan kepada patihnya untuk meminta penyerahan padi dan di bawakan perahu lewat sungai arah tenggara kedung soko. Akhirnya jaka walang tinunu juga bersedia untuk menyerahkan padinya kepada utusan sang prabu, dan padi- padi tersebut di angkut ke tebing sungai dan selanjutnya di muatkan pada perahu itu, walaupun berat banyak perahu yang di sediakan, namun padi yang di sediakan di tebing tetap tidak muat sehingga tempat Tersebut dinamakan : Desa Pamotan .lalu padi di persembahkan pada sang prabu brawijaya yang di terima dengan suka cita. Lalu sang prabu menanyakan kepada sang patih siapakah pemilik padi itu..? maka sang patih menjawabnya bahwa yang memilki padi itu bernama ,” Jaka walang tinunu,” anak seorang janda ijingan.
Maka teringat oleh sang prabu bahwa baginda pernah berhubungan dengan nyai rondo yang di maksud, tetapi itu semua di simpan dalam hati dan menitahakan sang patih untuk memanggil jaka walang tinunu beserta istrinya. Kemudian keduanya menghadap sang prabu. Setelah di amat amati ternyata benar bahwa jaka walang tinunu adalah putra sang prabu.
Selanjutnya sang prabu mengutus untuk memanggil jaka pandelegan beserta istrinya dengan maksud akan di naikan pangkat derajatnya. Dan apabila mereka tidak bersedia supaya di paksa tanpa menimbukan cidera pada badanya bahkan jangan sampai menyebabkan kerusakan pada pakainya. Selanjutnya pula sang prabu menanyakan siapa temanya yang bernama jaka pandelegan itu. Lalu jaka walang tinunu menjawab bahwa jaka pandelegan yang di anggap sebagai adiknya itu adalah berasal dari ikan deleg.
Sebelum perintah itu di sampaikan kepadannya, Jaka Pandelegan sudah merasa akan mendapat panggilan akan teetapi panggilan tersebut tidak akan di penuhi. Hal tersebut sudah dipertimbangkan dengan istrinya.
Ketikah patih datang menyampaikan panggilan ia menolak, sekalipun dipaksa akn membanggkang yang swlanjutnya menyembunyikan diri di tumpukan padi di Penangan itu. Dan sewaktu Sang Patih berusaha untuk menangkap dan mengepung tempat itu, maka Jaka Pandelegan menghilang tanpa bekas. Setelah menghilangnya sang suami, Nyai Loro Walang Angin yang membawa kendi berpapasan dengan Patih di suatu tempat, ketika akan di tangkap berkatalah ia “biarlah saya terlebih dahulu mengisi kendi ini di sebelah barat daya Penangan itu” dan saat tiba di sebelah timur sumur, maka hilanglah istri Jaka Pandelegan itu.



Setelah suami istri itu menggilang, sang patih pulang kembali untuk melaporkan peristiwa itu pada Sang Prabu. Mendengar kejadian itu baginda sangat kagum atas kecekatan Jaka Pandelegan dan istrinya itu. Yang akhirnya Sang Prabu Brawijaya mengeluarkan perintah untuk mendirikan dua buah candi untuk mengenang peristiwa hilangnya suami istri itu. Maka di dirikanlah dua candi itu. Sedangkan yang satunya didirikan dimna Jaka Pandelegan hilang yang di beri nama : CANDI PARI. Sedangkan candi yang satunya didirikan di tempat dimna bekas Nyai Loro Walang Angin menghilan dengan di berikan nama : CANDI SUMUR.
Dan kedua candi itu baru di bangun pada masa pemerintahan Prbu Hayam Wuruk kira-kira pada tahun 1371 Masehi. Demikian cerita singkat tentang asal usul candi Pari dan candi Sumur yang terletak di desa Candi Pari kecamatan Porong kabupaten Sidoarjo.


Keterangan candi pari

Candi pari terletak : dusun candi pari
: kecamatan porong
: kab, Sidoarjo
Berdiri di atas tanah seluas : 1.310 m2
Pada ketinggian : 4,42 m

Latar belakang sejarah :
Penelitian dan publikasi sejarah tentang candi pari baik berupa tulisan maupun foto sudah lama di terbikan oleh sarjana – sarjana belanda :
1) Hageman di dalam TBG II tahun 1854.
2) P.j. veth. Java tahun 1878
3) JLA, Brandes .ROC tahun 1903.
4) J. Knebel, ROC tahun 1905/1906.
5) FDK Bosh .ROD tahun 1915.
6) Verbek mengadakan infentaris tahun 1889 – 1891.
7) NJ Krom dalam buku “ INLEJDING TOT DE HINDOE – JAVA ASCH KUNST 1923 “

NJ Krom berpendapat, bahwa gaya arsitektur candi Pari mendapet pengaruh Campa khususnya dengan candi-candi di Mison.
Pengaruh ini nampak pada bangunan dan ornamen, mamun demikian candi Pari tetap menunjukkan karakter Indonesia. Untuk mendukung pendapatnya NJ Krom menyebutkan hubungan antara Indonesia dengan Canpa di suatu daerah di Vietnam sekarang ini sumber tertulis menunjukkan bahea hubungan dagang dengan Indonesia dengan Campa sudah terjalin sejak prasejarah,hal ini berdasarkan penemuan Nekara-Nekara perunggu gaya Dong San di pulau Jawa. Pada masa klasik hubungan dagang makin meningkat lagi. Sumber prasati dari periode Jawa Tengah, sedangkan sumber tertulis dari jaman Islam menyebutkan pengungsian orang-orang Islam Campa ke Jawa Timur pada abat XV masehi. Terdapat dalam hikayat Hassanudin (Jan Endel 1983 ) dankitap sejarah Melayu (Situmorang dan Tecwu 1952) peristiwa tersebut terjadi setelah jatuhnya pemerintahan Raja Pan Kubah akibat serangan Raja Koci. Yaitu pengusiran orang-orang Campa ke Jawa karna kestabilitas di negri Campa tidak aman konsekuensilogisnya di sediakan tempat untuk Raja Campa dan pengikutnya dan akhirnya asamulasi tersebut tampak pada bangunan Candi Pari, yaitu bangunan suci berkarakter Jawa yang di pengarui kesenian Campa.
Latar belakan cerita rakyat : candi Pari oleh masyarakat di lambangkan dengan dongeng sebagai peringatan hilangnya Jaka Pandelegan.
Pendirian candi Pari
Di atas pintu candi di pahatkan angka tahun 1293 saka (1371 M) dengan demikian candi pari di dirikan pada masa kejayaan kerajaan majapahit pada masa pemerintahan raja hayam wuruk.
Adapun ciri – ciri campa pada hubungan candi pari justru menunjukan tingginya toleransi di bidang kebudayaan pada waktu itu.

Latar belakang keagamaan :
Di dalam ROD tahun 1915 di sebutkan bahwa candi pari dan desa di sekitarnya pernah di temukan 2 arca siwa Mahadewa ,2 Arca Agastya, tujuh arca Ganessa dan tiga arca budha.yang semuanya di simpan di museum nasional jakarta. Latar belakang keagamaan Cand Pari bersifat Hindu. Hal ini di tunjukan adanya relief SANKHADI candi pari yang merupakan atribut dalam agama hindu.

Arsitektur Bangunan :
Candi pari di bangun menghadap ke barat dengan ukuran :
 Panjang : 13,55 M
 Lebar : 13,40 M
 Tinggi : 13,80 M
Terbuat dari batu bata,sedangkan ombang atas bawah pintu masuk bilik candi menggunakan batu andesit. Secara arsutektural candi pari mempunyai perbedaan dengan candi – candi lainya di jawa timur. Perbedaan ini nampak pada benntuk fisik candi pari yang agak tambun dan kokoh seperti candi – candi di jawa tengah. Sedangkan candi di jawa timur berbentuk ramping. Selain itu perbedaan nampak pada bentuk kaki candi. Badan

1. Kaki candi
Kaki candi pari bertingkat dua, yaitukaki candi atas dan kaki candi bawah, dengan istilah Batur.
a. Kaki candi 1 (batur) berdenah empat bujur sangkar dengan ukuran :
Panjang : 13,55 M
Lebar :13,40 M
Tinggi : 1,50 M
Terdapat dua jalan masuk ke bilik candi. Kedua jalan tersebut merupakan trap /susunan anak tangga dengan araah selatan utara dan utara selatan. Jalan masuk seperti itu tidak di temui pada candi – candi di jawa timur. Susunan bata – bata kedua anak tangga itu masih asli. Tetapi kondosinya sudah aus dan pipi tangga dalam keadaan rusak. Pada bidang atasnya silasar selebar 1,70 M.
b. Kaki Candi II.berdenah bujur sangkar dengan ukuran :
Panjang : 10 M
Lebar : 10 M
Tinggi : 1,95 M
Pada salah satu sisi terdapat tangga naika ke bilik candi, tangga naik tersebut merupakan susunan baru dengan menggunakan batu lama. Pada bagian dinding candi telah mengalami konsolidasi pada zaman kolonial belanda.
e

2. Badan candi
Badan berbentuk bujur sangkar berukuran panjang 7,80 m, lebar 7,80m, tinggi 6,30 m, pintu masuk berbentuk segi empat ukuran pnjang 2,90 m, lebar 1,23 m, dan tebal 1m dengan tujuh buah doorple salah satunya terbuat dari batu adesit dengan pahat angka tahun 1293 saka ( 1371 M ) dan hiasan bwerbentuk segi tiga. Ambang atas pintu masuk ini pernah mengalami konsolidasi pada zaman kolonial belanda, yaitu di beri enam kayu balok jati. Tetapi setelah pada tahunn 1994 – 1999 di ganti dengan batu adesit sebanyak tujuh buah . profil batu candi yang masih tampak jelas yaitu profil bagan badan pada bagian atas, berupa sebuah bentuk sisi genta dengan lilis polos. Sedang di tengah dinding badan lainya terdapat pahatan berupa miniatur candi. Dengan hiasan bunga teratai dan rangka. Di kanan kiri pahatan miniatur candi mempunyai lubang angin sebanyak enam buah.
3. bilik candi
Sebagian lantai candi merupakan tanah baru dengan menggunakan batu lama. Susunan lantai asli masih tampak di sudut barat daya dan sudut bart laut bilik candi. Di dalam bilik candi saat ini sudah tidak ada arcanya lagi ,akan tetapi di bagian dinnding timur ( antara lubang angin) terdapat sebuah tonjolan sebagai sandaran arca, ukuran bilik candi 6x6 m.
4. Atap candi
Atap candi sebagian besar telah runtuh, dengan ukuran panjang 7,80 m, lebar 7,80 m, dan tinggi 4,05 m. Hiasan yang masih tampak pada dinding atap berupa hiasan menara – menara panjang sudah tidak lengkap lagi. Antefik yang terlihat samar – samar serta hiasan binatang bertangga panjang ,keadaan sudah aus.

Ornamen :
Candi pari tidak punya ornamen. Pada kaki candi I (Batur) terdapat hiasan berbentuk semacam panel yang polos tanpa hiasan . sedangkan kaki II di tengah-tengah terdapat pahatan berbentuk seperti alas arca atau candi tanpa atap. Pada tubuh candi terdapat pahatan semacam panel-panel besar polos besar tanpa hiadan. Di dinding barat terpat di atas pintu masuk terdapat hiasan segi tiga sama sisi, bagian kecilnya berada di atas. Pada bagian dinding utaara timur dan selatan terdapat hiasan miniatur yang atapnya bertinggkat lima dengan puncaknya ada hiasan angka candi pari yang kita lihat saat ini hasil pemugaran tahun 1994 s.d 1999 oleh Kanwil DepDikBud dan Suaka peninggalan sejarah dan Purbakala Jatim melalui dana proyek pelestarian / pemanfaatan peninggalan sejarah dan Purbakala Jatim.

1 komentar:

La iya dengan membaca tulisan ini ada yang membingungkan saya. Cerita terjadi saat Majapahit diperintah oleh Brawijaya. Sementara dari angka yang terpahat dikatakan bahwa candi ini didirikan di masa Hayam Wuruk (1293 caka atau 1371 Masehi). Mana yang benar? Seingat saya Hayam Wuruk lebih dulu memerintah Majapahit terus belakangan baru Brawijaya I dan seterusnya. Mohon penjelasannya

Posting Komentar

Tuliskan Comentar Anda